Rabu malam, 30 April 2014 bersama
rombongan teman kost, berangkat lah saya ke basecamp pendakian Gunung Sumbing
via Garung. Sebab rasa penasaran saya sudah tak tertahankan lagi tatkala memandang betapa gagahnya gunung dengan ketinggian 3.371 mdpl tersebut saat pernah melewati jalanan Temanggung-Wonosobo maupun saat Sumbing terlihat dari puncak-puncak gunung di Jawa Tengah. Berdasarkan informasi yang saya dapat, Jalur Garung merupakan jalur
yang paling ramai dilalui pendaki dibandingkan jalur lainnya sehingga kami memilih jalur ini. Setelah melalui
rute Magelang-Secang-Temanggung-Parakan-Kledung, sampailah kami di basecamp
pendakian Gunung Sumbing via Garung. Kami sampai di basecamp rabu malam sekitar
pukul 23.30.
Suasana basecamp sudah sangat
sepi, dan penjaga basecamp nampaknya sudah beristirahat sehingga kami tidak
bisa mengurus perijinan. Sangat berbahaya jika mendaki tanpa mengurus
perijinan, oleh karena itu kami memutuskan untuk menginap di basecamp terlebih
dahulu malam ini, dan akan memulai pendakian esok setelah matahari terbit.
Kamis pagi setelah sholat subuh
kami langsung mengurus perijinan. Biaya registrasi Rp. 5.000,- per individu dan
parkir motor Rp. 5.000,-. CP basecamp Gunung Sumbing via Garung 085868611446. Setelah segalanya siap, sekitar pukul 07.00 kami pun
memulai pendakian diawali dengan doa bersama. Bismillah.
Penampakan basecamp
Berdasarkan informasi yang saya
dapat dari bapak tuan rumah sekaligus penjaga basecamp, ada 2 jalur yang ada
Garung, yaitu jalur lama dan jalur baru. Untuk saat ini jalur yang
direkomendasikan adalah jalur lama, sebab jalur baru kondisinya sedang rawan,
lebih panjang sehingga lebih berat,
serta camping ground hanya ada di 2 titik saja. Bahkan kabarnya jalur baru akan
segera ditutup sementara untuk perbaikan. Oleh karena itu kami pun memilih
jalur lama. Jalur Garung banyak dipilih oleh para pendaki dimungkinkan karena
kemudahan akses transportasi umum dibandingkan dengan jalur lainnya. Jalur
pendakian Gunung Sumbing sendiri ada 3, yaitu Garung (Wonosobo), Cepit
(Parakan, Temanggung), dan Kaliangkrik (Magelang).
Track pertama yang kami lalui
adalah jalan aspal menuju perkampungan. Sekitar 5 menit kemudian jalan aspal
berganti menjadi jalan batu yang tersusun rapi. Untuk melalui jalur lama kita
harus sampai ke perkampungan, dan ketika menemui perempatan kedua ambil kiri. Setelah
perkampungan habis kita akan menemui makam, yang kemudian disambut dengan
perladangan yang membentang luas di hadapan. Benar-benar jackpot, track jalanan
berbatu dengan kanan kiri perladangan membentang sangat panjang nan melelahkan.
Sampai sekitar 2,5 jam perjalanan, sekitar pukul 09.30 kami sampai di
perbatasan antara perladangan dengan tegakan hutan. Kami beristirahat cukup
lama untuk mencharge tenaga, sembari mengumpulkan mental yang mulai jatuh
berceceran. Bagaimana tidak, diawal pendakian saja sudah disambut dengan track
luar biasa macam ini.
Track berbatu ditengah perladangan
Kami pun melanjutkan perjalanan.
Ternyata tempat beristirahat tadi hanya terpisah beberapa meter saja dari Pos
1, Malim. Maka sampailah kami di check point pertama pendakian ini.
Pos 1 Malim
Track berupa tanah yang cukup
licin, harus sangat berhati-hati sebab bibir jurang menanti di sisi kanan
maupun kiri. Sampai sekitar pukul 11.00 kami sampai di Pos 2, Genus. Oleh
karena perut kami kosong karena belum sarapan, maka kami memutuskan untuk
beristirahat terlebih dahulu, memasak dan mengisi perut. Kami beristirahat
sekitar 1 jam sampai pukul 12.00.
Pos 2 Genus
Perjalanan dilanjutkan. Ternyata Pos 2 diatas adalah pos baru, sebab beberapa langkah setelahnya kami menemui Pos 2 lama. Pasca Pos
2 track berubah menjadi sangat menanjak, barangkali dengan kemiringan 45
derajat. Sekitar setengah jam dari Pos 2 vegetasi mulai berubah ke vegetasi
dataran tinggi dimana tegakan hutan yang sebelumnya cukup lebat menjadi lebih
berkurang. Sekitar pukul 13.30 sampailah kami di Pos 3 Sedlupak Roto.
Seandainya keadaan fisik sudah mulai lelah mungkin mendirikan tenda di pos ini
bisa menjadi alternatif, sebab selain lokasinya luas juga bisa terlindung dari
angin.
Pos 3 Sedlupak Roto
Keadaan pasca Pos 3 masih sama,
dimana track menanjak curam membentang di hadapan. Setengah jam pasca Pos 3
dengan melahap tanjakan tingkat dewa membawa kami sampai di Pestan. Pos ini
merupakan tanah lapang yang cukup luas di punggungan bukit, yang merupakan
camping ground paling luas di Jalur Garung yang dapat menampung mungkin sampai
10 tenda. Karena memang sedari awal sudah merencanakan untuk ngecamp disini,
maka segera saja kami mendirikan tenda.
Pestan
Tenda berdiri. Mie instan, roti,
susu coklat, kopi, saling bercerita pengalaman menemani kami pada sore hingga malam
itu. Sunset Sindoro menjadi bonus. Selepas isya’ dan perut terisi, kami
beranjak ke sleeping bag masing-masing, mengistirahatkan tubuh untuk persiapan
summit attack esok pagi.
Alarm berbunyi pukul 02.00.
Daypack berisi air, snack, roti, serta jas hujan menjadi senjata pagi itu.
Setelah packing dan semua anggota rombongan siap, maka perjalanan summit attack
dimulai.
Track yang kami lalui masih sama,
yaitu jalan tanah menanjak curam sama seperti sebelum Pestan. Sekitar 1 jam
perjalanan kami sampai di Pasar Watu. Mulai dari sini track berubah menjadi
tanah berbatu, tipikal track menjelang puncak. Setengah jam kemudian sampai di
Watu Kotak, tempat ini merupakan sebuah batu besar yang seolah-olah berbentuk
kotak. Dipinggirannya terdapat beberapa tanah lapang yang dapat digunakan untuk
mendirikan tenda, kurang lebih muat sekitar 4 tenda.
Pasar Watu
Watu Kotak
45 menit pasca Watu Kotak adalah
check point terakhir sebelum puncak, yaitu Tanah Putih. Kami terus saja
melanjutkan perjalanan. Setelah itu kami menemui pertigaan, dimana ketika ke
kanan ke Puncak Kawah, sedangkan ke kiri ke Puncak Buntu. Track masih tetap
menanjak curam, sangat menguras tenaga dan harus pandai-pandai mengatur nafas. Maka, tepat
pukul 05.30 sampailah kami di ujung perjalanan yang sangat melelahkan ini,
Puncak Buntu.
Puncak Buntu
Kawah Sumbing
Sebenarnya puncak tertinggi dari
Gunung Sumbing adalah Puncak Sejati, tetapi untuk mencapainya membutuhkan
peralatan dan skill rock climbing, sehingga agak sulit untuk mencapainya. Oleh
karena itu yang menjadi tujuan kami adalah Puncak Buntu.
Puncak Sejati dari kejauhan
Total perjalanan untuk mencapai
Puncak Sumbing adalah 9 jam perjalanan. Secara keseluruhan tracknya tergolong
berat, namun terdapat penunjuk arah di setiap persimpangan serta keterangan
tempat/pos yang akan sangat membantu pendaki. Dan bonusnya, Sindoro terlihat
gagah di seberang, menjadi penawar ampuh dikala lelah melanda.
Sejauh pengalaman saya mendaki
gunung-gunung di Jawa Tengah, track Sumbing tergolong paling berat. Namun semua
tentu terbayar dengan keindahan dan pengalaman yang diberikan. Sama seperti
biasanya, bisa menginjakkan kaki di puncak gunung yang baru pertama kalinya
digapai adalah pengalaman yang tak ternilai bagi saya. Terlebih track Sumbing
yang tergolong berat menambah kepuasan tersendiri. Bagi sobat petualang
sekalian yang belum pernah mendaki Gunung Sumbing sangat saya sarankan untuk
mencoba menggapai puncak gunung dengan track paling berat di Jawa Tengah ini.
Semoga bermanfaat, sampai bertemu
di catatan perjalanan selanjutnya :)
Salam Lestari.
Keren mas, sumbing memang mantap...
BalasHapusOke bang, makasih sudah mampir :)
Hapusmakasih infonya bang,,, tgl 21 des ini segera merapat ke sumbing ...@
BalasHapusOke bang bro, semoga sukses sampe puncak.. (y)
Hapusane 22 des ini summit sumbing bang . . .
HapusOke bang bro, semoga tulisan ane bisa kasih gambaran.
HapusSemoga sukses sampe puncak.. (y)
Sumbing emang keren gan. Saya udah naik semua jawa tengah emang yg paling ekstrem ya sumbing. Apalagi waktu itu saya tektok, wah liar binasa lah pokoknya hahaha
BalasHapusYoi gan, kesan kita sama lah, menurut ane di sekitaran jateng emang sumbing yg paling mantebb...
HapusAlhamdulillah mas, senang bisa membantu 😄
BalasHapusminta infonya gan...kalau di puncak memungkinkan nge camp gak ya ??? thx
BalasHapusSepertinya gak bisa mbak, di puncak gak ada spot buat ngecamp. Lebih recomended mungkin ngecamp di pestan atau watu kotak.
Hapus