Dalam dunia manufaktur, dikenal
prinsip 4M faktor produksi untuk menganalisa permasalahan yang terjadi dalam
proses produksi. Permasalahan-permasalahan yang timbul yang berpotensi
menimbulkan kerugian bagi perusahaan, baik kerugian material, waktu, tenaga,
sampai dengan mutu produk dapat dianalisa menggunakan prinsip ini. Dengan
analisa yang dilakukan diharapkan dapat setidaknya meminimalkan permasalahan
yang berpotensi terjadi, sehingga dapat meminimalkan kerugian yang dialami oleh
perusahaan. 4M tersebut adalah Man, Material, Machine, dan Methode.
Untuk lebih jelasnya, mari kita
bahas satu persatu.
1. Man
Man (manusia) dalam hal ini
adalah tenaga kerja. Bisa jadi pelaksana teknis, operator mesin, sampai dengan
pimpinan yang bertugas pada proses produksi. Bahkan tidak menutup kemungkinan
faktor Man disini disebabkan oleh pimpinan tertinggi dalam struktur organisasi,
yakni manajer. Pekerja lapangan berpengaruh dalam hal teknis pekerjaan,
sedangkan manajer berpengaruh dalam hal strategi produksi/rencana produksi yang
harus selaras dengan bahan baku dan spesifikasi produk yang akan dibuat.
2. Material
Material dalam hal ini adalah
bahan baku. Bahan baku bisa berarti bahan baku utama (raw material) dan bahan
baku pembantu (support material). Bahan baku utama maupun bahan baku pembantu
dapat berpengaruh dalam produk yang dihasilkan. Misalnya kayu dengan kualitas
grade A, akan cocok untuk produk dengan spesifikasi A. Sebaliknya, kayu dengan
kualitas grade B akan kurang tepat untuk produk dengan spesifikasi A, namun
akan sangat cocok untuk produk dengan spesifikasi B. Bahan baku dan spesifikasi
produk adalah implikasi yang tidak terpisahkan.
3. Machine
Mesin juga menjadi salah satu
faktor penting dalam proses produksi. Mesin dengan kondisi yang prima dengan
mesin dengan kondisi rusak/kurang terawat jelas akan menghasilkan output yang
berbeda. Untuk itu, dalam hal pengelolaan mesin yang baik, perlu dibuat jadwal maintenance
mesin secara berkala, baik itu mingguan, bulanan, maupun tahunan. Perlu pula
dijadwalkan over haul untuk mesin yang secara usia sudah tidak prima lagi.
4. Methode
Yang terakhir adalah metode yang dipakai
dalam proses produksi. Sebagai contoh, misalnya kita akan menjual nasi gudeg. Untuk memasak gudeg ada berbagai macam metode yang dapat dipakai. Bisa memasak
gudeg dengan menggunakan kompor LPG, dapat pula memakai kompor tradisional yang
menggunakan kayu bakar (pawon). Dapat memakai panci modern, dapat pula
menggunakan kukusan (tradisional). Hal ini jelas akan menimbulkan cita rasa
yang berbeda untuk gudeg yang dihasilkan. Dari ilustrasi ini dapat kita lihat
bahwa metode akan sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan.
Studi Kasus:
Dalam sebuah proses produksi air
mineral dalam kemasan, ditemukan permasalahan mengenai banyak cup air mineral
kemasan 240 ml yang pecah. Dalam satu shift jumlah cup yang pecah tersebut
dapat lebih dari 1% dari total produksi. Dampak yang ditimbulkan antara lain
kerugian material berupa cup dan kardus yang rusak, dan kerugian tenaga dan waktu
oleh sebab waktu yang terbuang untuk memperbaiki kerusakan tersebut.
Analisa:
Ditinjau dari permasalahan yang
ada, kita dapat menggunakan prinsip 4M faktor produksi untuk menganalisa
permasalahan utama.
Yang pertama faktor Man. Tenaga kerja
dalam hal ini dapat saja melakukan kesalahan dalam hal operasional pekerjaan,
misalnya pada saat mengangkat cup yang sudah berisi air mineral untuk kemudian
ditaruh didalam kardus kemasan. Selain itu kesalahan juga dapat ditimbulkan
saat penyusunan kardus ke dalam tumpukan pallet. Penyusunan tersebut jika tidak
dilakukan dengan tepat dapat membuat cup pecah, misalnya karena terbentur, atau
rusak karena getaran.
Selanjutnya faktor Material. Bahan
baku cup yang didapat dari suplier bisa saja memang kualitasnya tidak sesuai
dengan standar produksi. Dalam hal permasalahan material ini, perusahaan wajib
melakukan evaluasi supplier untuk mengirim feedback kepada supplier yang sudah
ada. Atau mencari alternatif supplier lain yang mampu mensuplai kebutuhan cup
yang lebih memberikan provit bagi perusahaan, baik secara harga maupun
kualitas.
Selanjutnya faktor Machine. Mesin
adalah salah satu faktor yang memegang peranan sangat penting dalam proses
produksi. Dalam kasus diatas, apabila settingan mesin tidak sesuai dengan
standar, maka hasil produksi cup air minumnya bisa rusak. Oleh karena itu,
jadwal maintenance mesin sangat penting untuk dilakukan. Baik itu jadwal
maintenance mingguan, bulanan, maupun tahunan.
Yang terakhir adalah faktor
Methode. Permasalahan dari faktor metode pada kasus diatas dapat dimungkinkan
pada metode pengemasan yang dilakukan. Misalnya jika menggunakan metode manual,
pengemasan dilakukan oleh manusia, maka secara value biayanya akan lebih murah
namun akurasinya lebih rendah sehingga resiko akan kerusakan cup semakin
tinggi. Sebaliknya jika menggunakan metode otomatis menggunakan mesin, maka perusahaan
harus berinvestasi lebih untuk membeli mesin yang secara value biayanya akan
lebih tinggi, namun secara akurasi akan lebih baik sehingga resiko akan
kerusakan cup akan semakin rendah.
Dari studi kasus diatas, dapat
kita lihat bahwa permasalahan banyak cup pecah dalam proses produksi air
mineral dapat dimungkinkan oleh 4M faktor produksi. Untuk menentukan faktor
mana yang menjadi penyebab utama permasalahan adalah tugas leader untuk
menganalisa hal ini. Leader dalam hal ini termasuk pimpinan lapangan yaitu
supervisor, kepala bagian produksi, sampai dengan manajer produksi. Para leader
tersebut harus saling bersinergi untuk menentukan permasalahan utamanya, dan
kemudian menentukan tindakan pengendalian untuk mengatasi permasalahan
tersebut.
Setelah ditentukan permasalahan
utama dan tindakan pengendalian, salah satu cara yang paling efektif untuk mengantisipasi
agar kasus serupa tidak terjadi lagi dalam proses produksi selanjutnya adalah
dengan menggunakan prinsip Manajemen Resiko yang
baru-baru ini dikenal dalam Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015.
Demikian pembahasan mengenai 4M
Faktor Produksi, semoga bermanfaat dan menjadi pembelajaran bagi kita semua.
Komentar
Posting Komentar