Sudah
bukan rahasia lagi bahwa energi fosil atau bahan bakar minyak di dunia sudah
semakin menipis keadaannya, tidak terkecuali di Indonesia. Di perkirakan sekitar
tahun 2050 energi fosil dalam perut bumi tersebut akan habis. Beberapa alternatif
sudah mulai dicoba untuk dikembangkan. Antara lain energi matahari, energi
hidrologi, hingga energi biomassa.
Dari
beberapa alternatif diatas, yang paling strategis untuk mulai dikembangkan di
Indonesia adalah energi biomassa. Alasannya adalah karena ketersediaan kayu di
Indonesia sangat melimpah, dimana Indonesia merupakan salah satu negara dengan
hutan tropis terluas di dunia sehingga suplai kayu akan selalu kontinyu. Juga
karena mindset atau budaya masyarakat kita yang sudah menggunakan kayu sebagai
bahan bakar sejak dahulu. Selain itu, melihat background teknologi di
Indonesia, untuk saat ini rasanya memang paling ideal mengembangkan energi
biomasa sebagai alternatif dibandingkan energi matahari maupun hidrologi. Saat
ini sudah banyak bertebaran industri di bidang biomassa kayu.
Untuk
melaksanakan program tersebut memang tidak mudah, perlu sebuah upaya keras agar
tujuan ini berjalan sesuai rencana. Berdasarkan budaya di masyarakat kita,
upaya yang strategis untuk mengajak masyarakat mengikuti ajakan yang dibuat
adalah dengan menggunakan propaganda. Baik melalui media cetak maupun media
elektronik. Propaganda-propaganda tersebut berisi ajakan, atau bahkan
menunjukkan kelebihan-kelebihan dari energi biomassa dibandingkan dengan energi
fosil.
Peran
pembuat kebijakan dalam hal ini sangat sentral, tidak dapat digantikan oleh
pihak lain. Mereka harus mampu menyadarkan masyarakat akan pentingnya energi alternatif.
Perhatian kepada industri-industri kecil yang bergerak di bidang biomassa
tersebut harus lebih dipertegas. Karena dengan perhatian tersebut diharapkan industri
biomassa akan lebih meluas di seluruh pelosok negeri. Upaya yang dilakukan
harus menyeluruh sebagai sebuah sistem. Mulai dari perhatian terhadap bahan
baku, kemudahan akses, persuasi ke masyarakat, dan sebagainya. Mulai kini harus
mulai ditanamkan bahwa energi biomassa bukan lagi sebuah produk yang terkesan
kampungan, kotor, dan using. Produk energi biomassa biasanya berupa arang,
briket arang, maupun arang aktif. Produk-produk tersebut memiliki kelebihan
yaitu dapat diperbarui. Sesuai dengan definisi energi biomassa adalah energi
yang berasal dari tanaman maupun hewan. Setidaknya kini dimulai dengan
menghembuskan isu untuk memasyarakatkan energi biomassa sebagai alternatif.
Arang,
briket arang, maupun arang aktif jelas merupakan produk biomassa yang dapat
diperbarui. Sifatnya pun memiliki banyak kelebihan, diantaranya praktis,
ukurannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan, nilai kalornya lebih tinggi,
awet, asapnya sedikit, dan bentuknya variatif. Sehingga cocok digunakan untuk
kebutuhan rumah tangga. Konversi dari bahan bakar fosil dalam rumah tangga
(minyak tanah dan gas elpiji) ke produk biomassa mungkin mulai relevan untuk
dilaksanakan. Selain itu, aplikasi biomassa sebagai energi sebenarnya sangat
luas. Diantaranya penggunaan kotoran ternak sebagai sumber biogas, jerami padi
sebagai biogas, dan lain sebagainya. Begitu luas, ketersediaannya begitu
melimpah, tinggal bagaimana kebijakan yang diambil menyikapi fakta ini.
Di
Negara-negara maju, justru energi biomassa menjadi kebutuhan rumah tangga. Banyak
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Misalnya untuk penghangat ruangan dan
alat memasak, yang digunakan di negara-negara daerah temperate, seperti Jerman,
Belanda, dan Inggris. Melihat keadaan seperti ini seharusnya menjadi pukulan
telak untuk kita, Negara yang terletak di daerah temperate sudah mulai memakai
biomassa untuk kehidupan sehari-harinya, kita sebagai negara tropis seharusnya
malah lebih baik dari itu. Menjadi kewajiban kita bersama untuk mulai peka,
menyadarkan diri bahwa sudah saatnya beralih ke energi yang dapat diperbarui.
Bagaimanapun energi fosil akan habis dalam dalam beberapa puluh tahun kedepan.
Komentar
Posting Komentar