Hingga belakangan ini, perguruan
tinggi negeri maupun swasta yang namanya kian melambung di kancah pendidikan
Indonesia mulai meninggalkan kurikulum lama yang dirasa sudah using, tidak
relevan lagi untuk dijalankan. Salah satunya adalah pelaksanaan KKN (Kuliah
Kerja Nyata). Perguruan tinggi negeri (PTN) yang sudah mempunyai nama dan
termasuk unggulan di Indonesia sudah mulai menghapuskan program yang
notabenenya pengabdian kepada rakyat ini. Alasannya adalah saat ini zaman sudah
sangat modern, sudah tidak banyak lagi daerah yang dianggap perlu dikembangkan
dengan program KKN, sehingga lebih baik dihapuskan saja. Bahkan ada beberapa
diantaranya yang alasannya sangat sederhana, yaitu menghambat kelulusan
mahasiswanya, sehingga dihapuslah KKN.
Satu diantara PTN yang masih
mempertahankan program KKN adalah UGM. PTN tertua di Indonesia ini masih
keukeuh melaksanakan program pengabdian ini sebagai wujud pengabdian terhadap
bangsa. Hal ini sejalan dengan identitas yang diemban sebagai universitas
kerakyatan. KKN dianggap sebagai solusi cerdas untuk setidaknya menimimalisir
daerah yang masih terkungkung dalam jurang ketertinggalan. Dengan dilaksanakannya KKN ini diharapkan
setidaknya dapat meninggalkan jejak positif ditengah masyarakat, selain program
fisik yang banyak dilaksanakan, perbaikan yang dilakukan biasanya adalah
meninggalkan jejak budaya/kebiasaan ditengah masyarakat. Tentunya kebiasaan
positif untuk berkembang ditengah pusaran zaman. Namun, satu masalah masih melanda ditengah pelaksanaannya.
Konsep yang kurang matang
diwajibkan pihak kampus untuk dilaksanakan oleh mahasiswanya. Yaitu ‘memaksa’
mahasiswanya untuk memenuhi program tema yang kadang tidak sesuai dengan
bidangnya. Masalah yang tak kalah besar adalah memaksa mahasiswa untuk memenuhi
batasan jam kerja minimal agar lulus matakuliah kehidupan ini. Kebanyakan mahasiswa
merasa tidak nyaman dengan konsep ini, mereka kebingungan tentang apa yang
harus dilakukan ketika sudah diterjunkan, terlebih dengan terbatasnya bimbingan
dari dosen pembimbing lapangan.
Ditengah kebingungan itu kadang
ada mahasiswa yang menyerah, dan akhirnya merelakan KKN nya sebatas sebagai memenuhi
kewajiban agar lulus matakuliah dan mendapat gelar sarjana. Program yang
dilakukan hanya sebatas program memenuhi kewajiban minimal batasan program dan
batasan jam kerja. Hal ini sebenarnya sesuatu yang wajar ketika mereka bingung
sebab pembekalan yang dilakukan pihak kampus terkesan instan. Konsep
pelaksanaannya dianggap memberatkan mahasiswa.
Namun ditengah kebingungan itu
alangkah lebih baiknya KKN dilakukan dengan sebaik-baiknya. Sekedar sharing
saja. Usahakan ikhlas dan enjoy menjalaninya, hitunglah sebagai pengabdian
kepada bangsa. Walaupun mungkin kecil adanya, tapi ini nyata. Maka lakukanlah
dengan sebaik mungkin, buatlah perubahan pada lokasi KKN dengan karya sederhana
yang bisa kita lakukan. Sebab pada hakikatnya penerjunan mahasiswa melalui KKN
adalah pembelajaran hidup, kuliah tentang kehidupan. Sekaligus berusaha
mengentaskan rakyat dari lembah kemiskinan dan ketertinggalan.
Dalam darah setiap mahasiswa PTN
di Indonesia, sebenarnya mengalir amanah 250 juta rakyat Indonesia melalui subsidi
pemerintah kepada PTN yang bersangkutan. Rakyat diwajibkan membayar pajak yang
kemudian salah satu alokasinya adalah subsidi pendidikan, yang kemudian
disalurkan kepada instansi-instansi pendidikan negeri di Indonesia. Ini adalah
alasan kuat, amat sangat kuat mengapa mahasiswa dituntut untuk menjadi generasi
penyelamat bangsa. Dan KKN ibarat kendaraan, kendaraan yang sudah sangat
matang, tinggal diaplikasikan saja. Setidaknya sebagai upaya memenuhi tanggungjawab
sebagai mahasiswa.
Tanggungjawab tersebut sejatinya
dapat dilaksanakan secara sederhana melalui KKN. Mahasiswa dapat mengabdi
kepada masyarakat melalui pemecahan masalah-masalah kehidupan dengan aplikasi
ilmu yang didapatnya dikampus. Pengetahuan interdisipliner yang tentu saja up
to date diharapkan setidaknya mampu menjadi senjata untuk menembus
masalah-masalah tersebut. Diawali dengan mengkaji, ketika masalah tersebut
dihubungkan dengan pengetahuan yang didapat dari kampus tentu akan ditemukan
solusinya, walaupun itu sederhana dan belum tentu dapat menuntaskan masalah
begitu saja. Sekecil apapun usaha akan selalu didapatkan hasil. Tentu saja,
dengan kesungguhan hati menuntaskan kewajiban.
Satu pengabdian kecil yang
sebenarnya sangat sederhana. Langsung dapat dilaksanakan tanpa menunggu nanti dan
nanti, itulah KKN. Pengabdian pada bangsa yang merupakan kewajiban mahasiswa
dapat dilaksanakan dengan matakuliah kehidupan ini, maka selayaknya dilakukan
dengan ikhlas, sepenuh hati, dan satu output yang pasti: mengentaskan rakyat
dari jurang kemiskinan dan ketertinggalan. Mari bersama bangun bangsa kita
dengan upaya-upaya sederhana yang kita mampu. Meskipun itu kecil, SAYA SIAP!
Komentar
Posting Komentar