Realita K(uliah) K(erja) N(yata) part 2


Setelah dilanda kebingungan ditengah pelaksanaannya yang terkendala banyak masalah, konsep yang kurang matang karena belum menampung aspirasi maupun kepentingan mahasiswa, namun seiring berjalannya waktu pelaksanaan KKN yang saya lakukan di Dusun Sumberrejo, Jatirejo, Lendah, Kulon Progo mulai menemui pencerahan. Kebingungan-kebingungan yang dulu terjadi sudah mulai menemukan solusinya. Beban pemenuhan program pokok tema yang sebenarnya tidak sesuai dengan disiplin ilmu sudah ketemu solusinya. Pun dengan batasan jam kerja minimal, sudah ketemu solusinya pula.
Pada intinya kita jangan terpaku pada tema yang dimandatkan dari kampus. Kita harus bisa dan berani membaca situasi. Apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, apa yang diinginkan, dan apa yang sekiranya bisa kita penuhi sesuai dengan kapasitas kita sebagai mahasiswa. Jika terpaku dengan tema yang dimandatkan kampus maka program yang kita jalankan bisa jadi merupakan program yang mengada-ada. Program-program tersebut tidak didasarkan atas kebutuhan masyarakat, tapi hanya upaya untuk memenuhi tanggungjawab yang dibebankan kampus. Padahal program itu belum tentu mempunyai manfaat yang fundamental bagi masyarakat.
Misalnya seperti apa yang saya lakukan di KKN ini. Tema yang dimandatkan dari kampus adalah Integrated Farming System, atau sistem pertanian terpadu. Yaitu suatu sistem pertanian yang mengoptimalkan segala sumberdaya yang dihasilkan dari kehidupan masyarakat. Biasanya mengkombinasikan antara pertanian, peternakan, perkebunan, dan tentunya kehutanan. Sebenarnya goal dari tema ini memang sangat bagus, yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat hanya dengan menerapkan sistem yang sebenarnya cukup sederhana. Di dusun-dusun lain memang dapat dilaksanakan dengan baik, namun di tempat saya tidak. Berdasarkan kondisi yang kami baca selama observasi, disini banyak permasalahan lain yang lebih memerlukan tindakan untuk dicarikan solusi. Misalnya UMKM berupa jajanan pasar oleh ibu-ibu, permasalahan remaja dengan karang tarunanya, aktivasi masjid yang kegiatannya mulai sepi, program-program pembangunan fisik, kesenian reog, dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk Integrated Farming System sebenarnya tidak begitu fundamental sebab masyarakat Dusun Sumberrejo jarang yang bermata pencaharian sebagai petani. Mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai buruh.
Dari beberapa permasalahan diatas ditambah dengan permintaan dari beberapa warga maka kami memutuskan untuk tidak terpaku pada tema yang dimandatkan kampus. Kami melaksanakan program yang sekiranya sesuai dengan permasalahan yang kami temui. Sebab kami berpendapat bahwa hakikat penerjunan KKN adalah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat yang kami tempati di lokasi KKN nanti. Dan ternyata, pendapat kami ini diamini oleh dosen pembimbing lapangan. Beliau juga berpendapat bahwa hakikat penerjunan KKN adalah untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat yang ditempati di lokasi KKN. Pas sekali. Dengan penjelasan dari dosen ini pun saya, dan kemudian teman-teman sub unit saya, menjadi berani melaksanakan program yang memang dibutuhkan masyarakat. Bukan program yang dipaksakan sesuai dengan tema yang dimandatkan kampus.
Selanjutnya adalah batasan jam kerja minimal. Jam kerja minimal yang ditetapkan kampus adalah 140 jam program pokok tema, 60 jam program pokok non tema, dan 88 jam program bantu. Sehingga totalnya 288 jam. Jika kita terpaku pada batasan tersebut maka kita akan memaksa melaksanakan program pokok sesuai tema. Dimana program pokok tema mempunyai porsi paling besar dibanding yang lainnya. Seperti yang saya sebutkan diatas, jika kita terpaku pada tema yang dimandatkan kampus maka kita tidak akan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Ditambah lagi sebenarnya jam pokok tema sebesar 140 jam itu menurut saya sangat tidak realistis, mungkin tidak akan bisa dipenuhi.
Sama dengan alasan dan prinsip diatas, maka jangan terlalu mengejar jam yang ditetapkan itu. Program pokok tema maupun non tema anggap saja sama. Pada intinya kita telah melakukan apa yang dibutuhkan masyarakat, bukan memaksa diri untuk melakukan apa yang dimandatkan kampus. Asalkan kita dapat melaksanakan program sesuai dengan kebutuhan masyarakat otomatis batasan jam kerja minimal 288 jam tersebut pasti akan terpenuhi, tidak usah dihiraukan apakan itu jam pokok tema, pokok non tema, ataupun program bantu. Yang pasti kita telah melaksanakan program sesuai permasalahan yang dihadapi masyarakat, dan setidaknya kita telah berusaha untuk memecahkannya. Itu yang terpenting.
Jadi tidak perlu ada kebingungan lagi, asalkan kita yakin dengan langkah yang akan kita ambil insyallah itu akan bermanfaat bagi masyarakat. Ditambah lagi dengan dukungan dari dosen pembimbing lapangan, maka posisi kita dapat dipastikan aman. Yang terpenting adalah kita dapat memberikan apa yang dibutuhkan masyarakat, bukan apa yang dimandatkan kampus. Sebaik-baik manusia adalah manusia yang berguna bagi sesamanya.

Komentar