Setelah dilanda kebingungan
ditengah pelaksanaannya yang terkendala banyak masalah, konsep yang kurang
matang karena belum menampung aspirasi maupun kepentingan mahasiswa, namun
seiring berjalannya waktu pelaksanaan KKN yang saya lakukan di Dusun
Sumberrejo, Jatirejo, Lendah, Kulon Progo mulai menemui pencerahan.
Kebingungan-kebingungan yang dulu terjadi sudah mulai menemukan solusinya.
Beban pemenuhan program pokok tema yang sebenarnya tidak sesuai dengan disiplin
ilmu sudah ketemu solusinya. Pun dengan batasan jam kerja minimal, sudah ketemu
solusinya pula.
Pada intinya kita jangan terpaku
pada tema yang dimandatkan dari kampus. Kita harus bisa dan berani membaca
situasi. Apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, apa yang diinginkan, dan apa yang
sekiranya bisa kita penuhi sesuai dengan kapasitas kita sebagai mahasiswa. Jika
terpaku dengan tema yang dimandatkan kampus maka program yang kita jalankan bisa
jadi merupakan program yang mengada-ada. Program-program tersebut tidak
didasarkan atas kebutuhan masyarakat, tapi hanya upaya untuk memenuhi
tanggungjawab yang dibebankan kampus. Padahal program itu belum tentu mempunyai
manfaat yang fundamental bagi masyarakat.
Misalnya seperti apa yang saya
lakukan di KKN ini. Tema yang dimandatkan dari kampus adalah Integrated Farming System, atau sistem
pertanian terpadu. Yaitu suatu sistem pertanian yang mengoptimalkan segala
sumberdaya yang dihasilkan dari kehidupan masyarakat. Biasanya mengkombinasikan
antara pertanian, peternakan, perkebunan, dan tentunya kehutanan. Sebenarnya
goal dari tema ini memang sangat bagus, yaitu meningkatkan pendapatan
masyarakat hanya dengan menerapkan sistem yang sebenarnya cukup sederhana. Di
dusun-dusun lain memang dapat dilaksanakan dengan baik, namun di tempat saya
tidak. Berdasarkan kondisi yang kami baca selama observasi, disini banyak
permasalahan lain yang lebih memerlukan tindakan untuk dicarikan solusi.
Misalnya UMKM berupa jajanan pasar oleh ibu-ibu, permasalahan remaja dengan
karang tarunanya, aktivasi masjid yang kegiatannya mulai sepi, program-program
pembangunan fisik, kesenian reog, dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk Integrated Farming System sebenarnya
tidak begitu fundamental sebab masyarakat Dusun Sumberrejo jarang yang bermata pencaharian
sebagai petani. Mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai buruh.
Dari beberapa permasalahan diatas
ditambah dengan permintaan dari beberapa warga maka kami memutuskan untuk tidak
terpaku pada tema yang dimandatkan kampus. Kami melaksanakan program yang
sekiranya sesuai dengan permasalahan yang kami temui. Sebab kami berpendapat
bahwa hakikat penerjunan KKN adalah untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi masyarakat yang kami tempati di lokasi KKN nanti. Dan ternyata,
pendapat kami ini diamini oleh dosen pembimbing lapangan. Beliau juga
berpendapat bahwa hakikat penerjunan KKN adalah untuk mengatasi permasalahan
yang dihadapi masyarakat yang ditempati di lokasi KKN. Pas sekali. Dengan
penjelasan dari dosen ini pun saya, dan kemudian teman-teman sub unit saya,
menjadi berani melaksanakan program yang memang dibutuhkan masyarakat. Bukan
program yang dipaksakan sesuai dengan tema yang dimandatkan kampus.
Selanjutnya adalah batasan jam
kerja minimal. Jam kerja minimal yang ditetapkan kampus adalah 140 jam program
pokok tema, 60 jam program pokok non tema, dan 88 jam program bantu. Sehingga
totalnya 288 jam. Jika kita terpaku pada batasan tersebut maka kita akan
memaksa melaksanakan program pokok sesuai tema. Dimana program pokok tema
mempunyai porsi paling besar dibanding yang lainnya. Seperti yang saya sebutkan
diatas, jika kita terpaku pada tema yang dimandatkan kampus maka kita tidak
akan dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Ditambah lagi
sebenarnya jam pokok tema sebesar 140 jam itu menurut saya sangat tidak
realistis, mungkin tidak akan bisa dipenuhi.
Sama dengan alasan dan prinsip
diatas, maka jangan terlalu mengejar jam yang ditetapkan itu. Program pokok
tema maupun non tema anggap saja sama. Pada intinya kita telah melakukan apa
yang dibutuhkan masyarakat, bukan memaksa diri untuk melakukan apa yang
dimandatkan kampus. Asalkan kita dapat melaksanakan program sesuai dengan
kebutuhan masyarakat otomatis batasan jam kerja minimal 288 jam tersebut pasti
akan terpenuhi, tidak usah dihiraukan apakan itu jam pokok tema, pokok non
tema, ataupun program bantu. Yang pasti kita telah melaksanakan program sesuai
permasalahan yang dihadapi masyarakat, dan setidaknya kita telah berusaha untuk
memecahkannya. Itu yang terpenting.
Jadi tidak perlu ada kebingungan
lagi, asalkan kita yakin dengan langkah yang akan kita ambil insyallah itu akan
bermanfaat bagi masyarakat. Ditambah lagi dengan dukungan dari dosen pembimbing
lapangan, maka posisi kita dapat dipastikan aman. Yang terpenting adalah kita
dapat memberikan apa yang dibutuhkan masyarakat, bukan apa yang dimandatkan
kampus. Sebaik-baik manusia adalah manusia yang berguna bagi sesamanya.
Komentar
Posting Komentar