Secara harfiah, kopi adalah
sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman
kopi. Bubuk kopi, ketika ditambah dengan gula lalu diseduh dengan air panas, akan menebarkan aroma nikmat yang khas. Ketika dinikmati begitu saja,
secangkir kopi memang hanyalah secangkir kopi. Namun ketika dibungkus dalam
sebuah forum dialektika, secangkir kopi tak lagi hanya secangkir kopi.
Bagi masyarakat umum, warung kopi
bisa menjadi tempat yang strategis untuk saling bertukar informasi maupun
bertukar pikiran. Masyarakat pedesaan misalnya, warung kopi menjadi tempat yang
wajib dikunjungi setiap harinya. Senajan
penghasilan ora tentu, sing penting budal sik neng warung kopi, (walaupun
penghasilan tidak pasti, yang penting berangkat dulu ke warung kopi), kurang
lebih begitulah prinsip yang dianut masyarakat pedesaan sejauh yang saya pahami.
Pun demikian dengan masyarakat urban, tak terkecuali bagi mereka kawula muda
(yang katanya) penerus bangsa, mahasiswa.
Bagi mahasiswa kebanyakan warung
kopi dimanfaatkan sebagai sarana untuk bersosialisasi satu sama lain. Warung kopi
menjadi tempat yang pas untuk melaksanakan rapat atau aktivitas sejenisnya, sebab
selain menawarkan suasana santai tentu saja harganya sesuai dengan jangkauan
kantong mahasiswa. Pun dengan aktivitas malam lainnya seperti kongkow atau
bermain kartu.
Bagi saya, setidaknya ada
beberapa hal yang membuat warung kopi menjadi tempat yang selalu menarik untuk
disinggahi. Tentunya dengan segenap aktivitas yang membersamai ketika menyeruput
secangkir kopi tersebut.
Pertama, sudah menjadi kodratnya
bahwa manusia adalah makhluk sosial. Mungkin bagi kebanyakan orang bercengkrama
satu sama lain merupakan sebuah ritual yang menarik. Tatkala kejenuhan melanda,
bercengkrama bisa menjadi penawar, sebab obrolan kesana-kemari yang tak ada
pangkal ujungnya itu biasanya diselingi dengan guyonan yang dapat merefresh
pikiran. Jadi, bagi anda yang tidak suka ngopi alias tidak suka bersosialisasi
alias anti-sosial, berarti anda bukan manusia. Hahaha…
Kedua, update isu dan saling
bertukar informasi. Memang sangat dimungkinkan kita bisa mengakses berita
ataupun isu-isu yang sedang hangat diperbincangkan hanya dari media elektronik
maupun sosial media lainnya. Namun ketika dalam sebuah forum, pemahaman kita
akan isu-isu tersebut bisa jadi semakin dalam. Hal ini penting bagi mereka yang
merasa peduli dan peka pada lingkungan sekitarnya.
Ketiga, ruang dialektika. Dalam satu
forum ngopi sangat dimungkinkan anggota forumnya berasal dari berbagai basic
disiplin ilmu yang berbeda. Hal ini tentu bermanfaat untuk membuka maupun
menambah wawasan baru. Saling tukar pikiran satu sama lain dalam sebuah forum
secara tidak langsung akan membuka ruang berpikir, sebab ada proses transfer
ilmu disana.
Terakhir, ngopi bisa menambah teman,
membuat yang belum kenal menjadi langsung akrab. Gak percaya? Sebagai contoh
saja ketika berada di puncak gunung, saat menyeruput secangkir kopi ditepi api
unggun, kita dapat langsung akrab dengan pendaki lain yang sebelumnya belum
pernah bertemu dan entah darimana asalnya. Apalagi ditambah dengan dinginnya
suasana malam di gunung dan pekatnya kabut, beuuuhhhh juara itu!! Suasana semacam
ini juga seringkali saya rasakan ketika pertama dengan beberapa kawan baru saat
di warung kopi.
Tak dapat saya pungkiri,
aktivitas malam yang satu ini sudah menjadi kebiasaan yang membuat ketagihan,
seakan ada candu disana. Rutinitas gak penting dan buang-buang waktu ini selalu
saya sempatkan tatkala jenuh dengan aktivitas, sebab dapat merefresh pikiran. Gak
percaya? Silahkan dibuktikan.
Nah mungkin itu saja sharing saya
tentang budaya ngopi, mungkin dari sobat ada tambahan?
Komentar
Posting Komentar