Menanti Kembalinya The Giant Killer

Pasca dilaksanakannya kongres tahunan PSSI 2017, media dipenuhi dengan pemberitaan tentang kembalinya Persebaya ke kompetisi persepakbolaan Indonesia. Perjuangan bonek yang juga diamini oleh seluruh warga Surabaya tersebut membuahkan hasil manis. Sejak status keanggotaannya dibekukan oleh PSSI, perlawanan bonek tak pernah berhenti. Saya secara pribadi yang sekarang berdomisili di Surabaya, menjadi tahu betul arti Persebaya bagi bonek.
Selain memulihkan status keanggotaan Persebaya, kongres tahunan PSSI 2017 juga memulihkan status 6 klub terhukum lainnya. Klub-klub tersebut yaitu Arema Indonesia, Persema Malang, Persipasi Bekasi, Lampung FC, Persewangi Banyuwangi, dan Persibo Bojonegoro. Bedanya, jika Persebaya dipersilahkan untuk berkompetisi di Divisi Utama, 6 tim lainnya diharuskan untuk berkompetisi di Liga Nusantara. Liga Nusantara adalah kasta ketiga dalam piramida persepakbolaan Indonesia, atau bisa dibilang kasta terendah untuk kategori sepakbola profesional.
Bersama 5 tim lainnya, Liga Nusantara akan menjadi kompetisi yang akan diikuti oleh tim yang sudah saya cintai sejak pertama kali kemunculan handphone Nokia 3310, Persibo Bojonegoro.
Sebagai rakyat asli Bojonegoro, Persibo adalah identitas kami.
Masalah diawali pada akhir 2010. Pasca promosi ke ISL karena musim sebelumnya menjuarai Divisi Utama, apa yang diputuskan oleh manajemen Persibo sungguh diluar perkiraan Boromania, sapaan akrab fans Persibo, yang mana belakangan ini beberapa diantaranya bertransformasi menjadi ultras garis kesar yang menyebut dirinya Curva Nord 1949. Dengan dalih ingin menjadi klub profesional, Persibo menyeberang ke IPL yang pada waktu adalah breakaway league. Siapapun yang mengikuti kompetisi tersebut dijanjikan akan diberi suntikan dana untuk mengarungi kompetisi sehingga tidak lagi membebani APBD.
Namun apa yang terjadi jelas diluar perkiraan. Seiring berjalannya waktu, IPL dicap sebagai kompetisi ilegal yang keberadaannya berada diluar restu PSSI. Tim-tim yang sedari awal menyeberang ke kompetisi tersebut kemudian dihukum, dibekukan status keanggotaannya. Dari situlah kehancuran dimulai.
Kini setelah vakum 6 tahun lebih, Persibo bangkit kembali. Meskipun harus menanggung kekecewaan yang teramat besar karena harus memulai kompetisi di kasta terendah, Liga Nusantara. Polemiknya adalah, jika pada kongres tahunan PSSI diagendakan sebagai pemutihan sanksi, maka seharusnya bukan di Liga Nusantara Persibo dan klub-klub terhukum lainnya berlaga, karena sebelum membelot ke IPL Persibo adalah kontestan ISL, kasta tertinggi kompetisi persepakbolaan Indonesia. Jika diharuskan berkompetisi di Liga Nusantara, maka bukan pemutihan sanksi namanya, namun mendaftar kembali sebagai anggota PSSI.
Kekecewaan Boromania dan Curva Nord 1949 jelas teramat besar. Perjuangan yang mereka lakukan selama ini hampir saja berbuah manis, seperti halnya Bonek. Namun harapan itu pupus setelah ketuk palu kongres yang memutuskan Persibo harus berlaga di Liga Nusantara. Meskipun tak sebesar Bonek, namun perjuangan Boromania dan Curva Nord 1949 tetap patut untuk diapresiasi.
Sumber: beritabojonegoro.com
Sumber: blokbojonegoro.com
Sejak Persibo non-aktif, kelompok suporter Persibo sejatinya tak pernah berhenti berjuang. Bedanya, jika perjuangan Bonek begitu terekspose oleh media, Boromania dan Curva Nord 1949 tidak. Mungkin lebih karena faktor Surabaya adalah kota besar, sedangkan Bojonegoro hanya kabupaten kecil di pelosok barat Jawa Timur. 
Kini setelah status keanggotaannya dipulihkan, harapan besar rakyat Bojonegoro untuk melihat tim kebanggaannya berlaga kembali membuncah. Mereka ingin melihat The Giant Killer kembali meledak-ledak menghempaskan lawan raksasanya, mereka ingin melihat Stadion Letjend Haji Sudirman kembali menjadi lautan manusia dengan warna kebesarannya, oranye.  Harapan itu selalu ada.
Namun masalah tidak selesai sampai disini. Kini mulai muncul kebimbangan dalam tubuh manajemen oleh sebab merasa tidak puas dengan keputusan PSSI. Liga Nusantara dianggap bukan kompetisi yang ideal bagi Persibo, manajemen ingin disetarakan dengan Persebaya, yakni berlaga di Divisi Utama. Hal yang sebenarnya cukup logis mengingat level kompetisi yang diikuti Persibo sebelum dibekukan status keanggotaannya, namun hal ini sekaligus tidak realistis.
Saya atas nama pribadi, sebenarnya tidak mempermasalahkan di kompetisi mana Persibo harus berlaga. Pun jika harus berlaga di Liga Nusantara, saya dengan penuh kebanggaan akan kembali memakai atribut yang sudah lama tertanggalkan. Saya akan kembali berlari riang menuju Stadion Letjend Haji Sudirman. Persibo telah kembali, itulah yang terpenting saat ini. Rakyat Bojonegoro hanya ingin melihat Persibo kembali berlaga.
Karena sejatinya, justru kita mempunyai cukup waktu untuk menyusun kembali puing-puing kejayaan yang telah lama hilang. Waktu yang jika dimanfaatkan dengan baik, bukan tidak mungkin akan mengembalikan Persibo sebagai The Giant Killer yang ditakuti oleh lawan-lawannya. Saya berharap agar Persibo bisa kembali berkompetisi di musim yang akan datang, meskipun hanya berlaga di Liga Nusantara.
Apapun yang terjadi, percayalah, Persibo akan tetap menjadi identitas kami, menjadi kebanggaan Rakyat Bojonegoro.

Komentar