Pasca kembalinya Persibo berkompetisi resmi di bawah naungan federasi PSSI membawa angin segar bagi pecinta sepak bola di Kabupaten Bojonegoro. Terutama para Persibo Fans, yakni Boromania dan Curva Nord 1949. Gairah sepakbola yang sempat lesu selama kurang lebih 4 tahun, kini kembali menggeliat. Terbukti dari 2 pertandingan yang sudah dijalani Persibo di Stadion Letjend Haji Soedirman, yakni uji coba melawan Persema dan laga perdana Liga 3 melawan Bumi Wali FC, stadion selalu penuh sesak. Untuk skala kompetisi yang ‘hanya’ Liga 3 tentu hal ini menjadi hal yang membanggakan.
Dari 2 laga yang sudah dijalani tersebut ada beberapa fakta yang menarik diulas.
Pertama, fanatisme suporter yang tak pernah padam. Sempat vakum selama kurang lebih 4 tahun, membuat gairah persepakbolaan di Bojonegoro sempat meredup. Namun tidak dengan suporter. Saat status Persibo masih dibekukan, perjuangan suporter untuk kembali mendapatkan pengakuan tak pernah berhenti. Aksi-aksi menuntut agar Persibo kembali diakui, koordinasi suporter di pelosok distrik, sampai dengan penyusunan strategi jika Persibo kembali diakui pun tetap dilaksanakan
Kedua, kreativitas suporter. Ini yang menarik, melihat aksi yang dilakukan oleh Curva Nord 1949 cukup menyita perhatian. Gaya pendukung ultras yang diusung oleh kelompok suporter ini memperlihatkan bahwa masyarakat Bojonegoro, yang didominasi anak-anak muda mampu memperlihatkan progres dirinya sebagai suporter. Aksi-aksi kreatif seperti koreo dan lagu-lagu original yang ditampilkan saat pertandingan menjadi bukti bahwa mereka mampu tumbuh menjadi kelompok suporter yang lebih dewasa.
Selain itu, kampanye positif lainnya pun didengungkan. Seperti kampanye No Ticket No Game, No Flare, dan juga aksi koreo atraktif yang ditampilkan saat pertandingan melawan Persema dan Bumi Wali FC. Selama pertandingan berlangsung yang mereka nyanyikan hanyalah dukungan positif bagi Persibo, tak ada kata-kata kotor yang berniat untuk mengintimidasi lawan yang kerap kita dengar di pertandingan Liga Indonesia. Mereka juga tak segan untuk mengutuk aksi suporter yang masih terkesan ndeso, seperti aksi ugal-ugalan di jalanan. Curva Nord 1949 adalah cermin bahwa kelompok suporter ultras belakangan ini selalu menjadi sorotan atas aksi-aksi positif yang mewabah di Indonesia, bahkan dunia. Bisa dibilang hal ini adalah progres sekaligus anomali untuk suporter klub sepakbola di Indonesia.
Ketiga, pelibatan suporter dalam pengelolaan klub. Dalam pengelolaan sepakbola modern yang dianut oleh tim-tim besar Eropa, klub hampir selalu melibatkan suporter dalam pengelolaan klub. Biasanya dalam bentuk suporter diberikan saham walaupun besarannya tidak sampai 1%. Nah, dalam kasus ini, manajemen Persibo melibatkan suporter dalam pengelolaan apparel resmi klub. Bekerjasama dengan Curva Nord 1949, manajemen membangun outlet resmi penjualan apparelPersibo, yang diberi label Drago Tifoso Shop. Keuntungan dari Fans Shop ini tentu saja akan dipergunakan untuk kepentingan klub. Hal ini menjadi bentuk progresslainnya yang sudah dilakukan oleh pihak manajemen klub maupun suporter.
Dari ketiga fakta menarik di atas, rasanya ada satu yang kurang dari progress yang ada saat ini. Kekurangan tersebut adalah pengelolaan website dan akun sosial media resmi yang dipegang oleh official klub. Di era serba digital saat ini, dunia maya memegang peranan penting dalam seluruh aspek kehidupan. Tak terkecuali dalam pengelolaan sebuah klub sepakbola. Website maupun akun sosial media macam Twitter, Facebook, dan Instagram menjadi media komunikasi yang efektif. Informasi mengenai jadwal pertandingan, penjualan tiket, hasil pertandingan, klasemen, berita klub, sampai dengan penjualan apparel resmi diatas dapat di-update melalui media ini.
Konten-konten di atas akan terlegitimasi apabila dipegang resmi oleh klub. Memang dibutuhkan komitmen manajemen untuk mencapai hal ini. Namun jika ada niat, tentu hal ini bukan sesuatu yang sulit. Mengingat meskipun Persibo hanya berlaga di Liga 3, namun antusiasme masyarakat Bojonegoro tergolong sangat tinggi.
Persibo sedang berproses menjadi sebuah klub mandiri, sebuah klub profesional. Meskipun masih jauh, namun jangan pernah lupa bahwa segala sesuatu yang besar selalu dimulai dari hal yang kecil. Pendewasaan suporter, pelibatan suporter, pembuatan outlet resmi, hingga pembinaan bibit muda pemain lokal adalah pilar-pilar dasar yang akan menopang profesionalisme klub di masa depan. Mari bermimpi, bahwa kelak Persibo akan benar-benar menjadi klub profesional yang layak untuk diperhitungkan.
Artikel ini juga dimuat di: http://guneman.co/2017/05/15/mengiringi-langkah-maju-giant-killer/
Komentar
Posting Komentar